Selasa, 13 Desember 2011

Demokrasi, Duit Jadi Kendali


Ya itulah hakikat demokrasi, duit menjadi episentrum kendali tingkah laku para politikus. Cuma yang ngomong sekarang itu di antara sekian para pelakunya sendiri. Fakta nyata, para pejabat politik tersandera oleh kepentingan dan uang, tabiat sistem demokrasi adalah transaksional kepentingan dari para politikus busuk dan pemegang modal. Dan ini bukan kasuistis, tapi kultur/budaya politik produk dari sistem bobrok ini.

Nazaruddin, salah satu pelaku dan korban dari sistem demokrasi, ketika menyatakan yang menang itu bukan demokrasi tetapi duit itu menunjukkan bahwa dia dalam posisi terpojok. Dia dalam posisi bermasalah, di sisi lain dia juga tidak bisa memungkiri rasa getir atas realitas kemunafikan yang terjadi dalam politik demokrasi. Jika dia tidak dalam posisi terpojok, belum tentu dia akan mengeluhkan sistem yang hipokrit ini.

Tidak ada negara di muka bumi makmur, sejahtera, dan adil lahir batin serta meliputi aspek dunia dan akhirat dengan demokrasi. Pengagum demokrasi selalu menyebut negara Skandinavia sebagai contoh ideal pelaksanaan demokrasi, karena melahirkan kemakmuran dan kesejahteraan, tapi aspek moral yang bobrok tidak pernah mereka ungkap. Apalagi Amerika Serikat, kampium demokrasi saat ini dalam kondisi sekarat dihantam badai krisis permanen dan periodik dari ideologi kapitalis yang dianutnya.

Umat Islam pun tidak sedikit yang larut dalam demokrasi. Di antara faktornya adalah pertama, karena lemahnya pemahaman umat Islam pada wilayah prinsip. Mana perkara yang boleh diambil dan tidak, umat lemah untuk bisa memilah perkara yang sesuai dengan akidah dan syariahnya.

Kedua, gencarnya propaganda Barat mempromosikan demokrasi di dunia Islam yang akhirnya umat tersesatkan bahkan kemudian apologis mencampuradukkan produk ideologi Barat kapitalis-sekuler itu dengan dimuka bumi makmur, sejahtera, dan adil lahir batin serta meliputi aspek dunia dan akhirat. Ketiga, pendidikan terhadap umat Islam yang sekuler makin mengokohkan prinsip-prinsip kehidupan politik untuk umat Islam makin jauh dari Islam Ideologi. Akhirnya “latah demokrasi” menjadi lazim di sebagian besar umat Islam termasuk politikus yang mengklaim dirinya memperjuangkan Islam.[mediaumat]

Tidak ada komentar: