Saat menikmati pentas wayang kulit ada kalimat berisi nasehat unik yang
terucap dari mulut sang Dalang. Kalimat nasehat pada pembuka itu disebut dengan
istilah anta wecana (gambaran yang akan dijalani), ini menjadi semacam
standar atau pakem bagi sang Dalang dalam pementasan wayang kulit.
Kalimat nasehat yang unik itu jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia kurang
lebih berbunyi: ‘wayang ibarat manusia di alam jagad. Jika wayang mati masuk
dalam kotak peti besok masih bisa dipakai lagi, namun jika manusia mati menerima
pengadilan Tuhan (Allah SWT), siapa yang berbuat olo (jelek) akan masuk
neraka, siapa yang berbuat becik (baik) akan masuk surga’.
Ini semacam filosofi dan nasehat yang sangat tepat untuk kehidupan
kita. Saya ambil contoh kehebatan Gatot Kaca, dia terkenal dengan kesaktiannya
‘otot kawat, tulang besi’. Tapi, kehebatan yang fantastis itu terjadi jika wayang dengan sosok yang dinamakan
Gatot Kaca itu dipegang sang Dalang saat pentas wayang kulit berlangsung. Jika
wayang kulit dengan tokoh Gatot Kaca itu tidak dipegang sang Dalang atau telah
masuk kotak (peti) maka segala kehebatan, kesaktian dan kegagahannya akan
hilang tak berguna. Sebuah gambaran untuk kita renungkan dan ambil pelajaran
didalamnya. Ada kemiripan dalam kehidupan manusia dan cerita pewayangan. Saat
kita saksikan ‘kehebatan dan kegagahan’ manusia dalam berbuat apa saja yang dia
suka. Ada manusia dalam menjalani kehidupannya seperti Gatot Kaca, merasa
memiliki kehebatan, memiliki pengaruh dan mempunyai ‘kesaktian’.
Berbuat dan bertingkah-laku semaunya, seolah tidak ada yang bisa
menghalanginya. Tapi harus diingat, kesaktian Gatot Kaca hanya berlaku saat
pentas wayang digelar, saat wayang tersebut masuk kotak (peti) maka ceritanya
akan berbeda. Kehebatan manusia masih ada dan berlaku dalam ‘pentas’ kehidupan
dunia ini saja. Namun jika sudah masuk ‘kotak (peti)’ alias mati, maka semua
‘kehebatan dan kesaktiannya’ akan hilang tak berguna. Dan akhir dari itu semua
akan menghadap pengadilan Allah SWT, dimana manusia akan
mempertanggung-jawabkan semua amal-perbuatannya.
Sebagai bahan renungan, ingatkah kita akan ‘cerita’ kehebatan Pak
Soeharto? ‘kehebatan’ Presiden ke 2 itu sudah tidak nampak. Dulu, banyak orang takut
akan pengaruh dan kekuatan Pak Harto. Lawan-lawan politiknya akan berpikir
ulang dalam bertindak. Tapi sekarang Pak Harto telah mati, semua ‘kehebatan dan
kesaktiannya’ telah ikut terkubur, masuk dalam kotak (peti) kematiannya.
Tidakkah kita mengambil pelajaran ini?
Ingatkah kita akan cerita kekuasaan Muamar Qadafi Presiden Libia yang
telah tumbang dan berakhir pada kematian yang mengenaskan? Siapa dulu yang
tidak tahu kehebatan Muamar Qadafi? Berkuasa penuh, bergelimang harta dan
dikawal tentara-tentara cantik. Namun, ‘pentas’ dan ‘pagelaran’ Muamar Qadafi telah
usai dan berakhir. Kehebatan dan kegagahannya telah masuk ke dalam kotak (peti)
kematiannya. Tidakkah kita mengambil pelajaran kisahnya yang belum lama terjadi
itu?
“Tiap-tiap
yang berjiwa akan merasakan mati”. (QS. Al ‘Ankabut 29: 57)
“Maka
pada hari itu seseorang tidak akan dirugikan sedikit pun dan kamu tidak
dibalasi, kecuali dengan apa yang telah kamu kerjakan”. (QS. Yasin 36: 54)
Saat ini bagi kita yang tengah menjalani pentas kehidupan seharusnya
bisa bersikap bijak dan tidak berbuat sombong dengan segala yang dimiliki. Kehebatan,
kesaktian dan kegagahan manusia-manusia yang masih ada disekitar kita akan
berakhir, akan punah, hilang saat mereka mati dan masuk ke dalam kotak (peti)
kematiannya. Semoga kita bisa mengambil hikmah dan pelajaran yang baik untuk
bekal kita saat semua ini berakhir dan mati. Dengan bekal iman, Islam dan amal
sholeh (becik) dalam rangka menyiapkan diri menghadap pengadilan Gusti
Allah. Semoga kelak di akhirat kita menerima buku catatan amal dengan tangan
kanan sebagai tanda keselamatan menuju surga-Nya, amiin. Wallahu a’lam..
Al-fakir: Hasan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar