Sabtu, 31 Oktober 2015

Ruang Nasehat

Saat menikmati pentas wayang kulit ada kalimat berisi nasehat unik yang terucap dari mulut sang Dalang. Kalimat nasehat pada pembuka itu disebut dengan istilah anta wecana (gambaran yang akan dijalani), ini menjadi semacam standar atau pakem bagi sang Dalang dalam pementasan wayang kulit. Kalimat nasehat yang unik itu jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia kurang lebih berbunyi: ‘wayang ibarat manusia di alam jagad. Jika wayang mati masuk dalam kotak peti besok masih bisa dipakai lagi, namun jika manusia mati menerima pengadilan Tuhan (Allah SWT), siapa yang berbuat olo (jelek) akan masuk neraka, siapa yang berbuat becik (baik) akan masuk surga’.

Ini semacam filosofi dan nasehat yang sangat tepat untuk kehidupan kita. Saya ambil contoh kehebatan Gatot Kaca, dia terkenal dengan kesaktiannya ‘otot kawat, tulang besi’. Tapi, kehebatan yang fantastis itu  terjadi jika wayang dengan sosok yang dinamakan Gatot Kaca itu dipegang sang Dalang saat pentas wayang kulit berlangsung. Jika wayang kulit dengan tokoh Gatot Kaca itu tidak dipegang sang Dalang atau telah masuk kotak (peti) maka segala kehebatan, kesaktian dan kegagahannya akan hilang tak berguna. Sebuah gambaran untuk kita renungkan dan ambil pelajaran didalamnya. Ada kemiripan dalam kehidupan manusia dan cerita pewayangan. Saat kita saksikan ‘kehebatan dan kegagahan’ manusia dalam berbuat apa saja yang dia suka. Ada manusia dalam menjalani kehidupannya seperti Gatot Kaca, merasa memiliki kehebatan, memiliki pengaruh dan mempunyai ‘kesaktian’.

Berbuat dan bertingkah-laku semaunya, seolah tidak ada yang bisa menghalanginya. Tapi harus diingat, kesaktian Gatot Kaca hanya berlaku saat pentas wayang digelar, saat wayang tersebut masuk kotak (peti) maka ceritanya akan berbeda. Kehebatan manusia masih ada dan berlaku dalam ‘pentas’ kehidupan dunia ini saja. Namun jika sudah masuk ‘kotak (peti)’ alias mati, maka semua ‘kehebatan dan kesaktiannya’ akan hilang tak berguna. Dan akhir dari itu semua akan menghadap pengadilan Allah SWT, dimana manusia akan mempertanggung-jawabkan semua amal-perbuatannya.

Sebagai bahan renungan, ingatkah kita akan ‘cerita’ kehebatan Pak Soeharto? ‘kehebatan’ Presiden ke 2 itu sudah tidak nampak. Dulu, banyak orang takut akan pengaruh dan kekuatan Pak Harto. Lawan-lawan politiknya akan berpikir ulang dalam bertindak. Tapi sekarang Pak Harto telah mati, semua ‘kehebatan dan kesaktiannya’ telah ikut terkubur, masuk dalam kotak (peti) kematiannya. Tidakkah kita mengambil pelajaran ini?

Ingatkah kita akan cerita kekuasaan Muamar Qadafi Presiden Libia yang telah tumbang dan berakhir pada kematian yang mengenaskan? Siapa dulu yang tidak tahu kehebatan Muamar Qadafi? Berkuasa penuh, bergelimang harta dan dikawal tentara-tentara cantik. Namun, ‘pentas’ dan ‘pagelaran’ Muamar Qadafi telah usai dan berakhir. Kehebatan dan kegagahannya telah masuk ke dalam kotak (peti) kematiannya. Tidakkah kita mengambil pelajaran kisahnya yang belum lama terjadi itu?

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati”. (QS. Al ‘Ankabut 29: 57)
“Maka pada hari itu seseorang tidak akan dirugikan sedikit pun dan kamu tidak dibalasi, kecuali dengan apa yang telah kamu kerjakan”. (QS. Yasin 36: 54)

Saat ini bagi kita yang tengah menjalani pentas kehidupan seharusnya bisa bersikap bijak dan tidak berbuat sombong dengan segala yang dimiliki. Kehebatan, kesaktian dan kegagahan manusia-manusia yang masih ada disekitar kita akan berakhir, akan punah, hilang saat mereka mati dan masuk ke dalam kotak (peti) kematiannya. Semoga kita bisa mengambil hikmah dan pelajaran yang baik untuk bekal kita saat semua ini berakhir dan mati. Dengan bekal iman, Islam dan amal sholeh (becik) dalam rangka menyiapkan diri menghadap pengadilan Gusti Allah. Semoga kelak di akhirat kita menerima buku catatan amal dengan tangan kanan sebagai tanda keselamatan menuju surga-Nya, amiin. Wallahu a’lam..



Al-fakir: Hasan

Tidak ada komentar: